WAHABI ITU ANTITERORISME


Di sela-sela suasana damai menjelang buka puasa di Masjid Nabawi, saya teringat suatu kejadian di dekatnya.

Sebuah peristiwa yang mengguncang suasana damai yang sarat persaudaraan. Saat kaum muslimim berbuka puasa pada 29 Ramadhan 1437 H, sebuah ledakan menggelegar dari arah selatan Masjid Nabawi. Ledakan itu diiringi oleh kobaran api dan kepulan asap hitam yang membubung ke langit. Tak pelak, kepanikan pun tiba-tiba merebak di sekitar tempat kejadian. Kecemasan dan penasaran menyelimuti para pengunjung Masjid Nabawi yang tengah berbuka puasa. Apa gerangan yang terjadi sehingga membuat sirna rasa damai dan aman kaum muslimin?

Baca selanjutnya…


Mengawali Doa Dengan Sholawat


Diantara adab-adab doa adalah mengawali doa dengan pujian dan sanjungan kepada Alloh Ta’ala serta sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallohu’alaihi wasallam.

Dari Shahabat Ali bin Abi Tholib Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda :

كل دعاء محجوب حتى يصلى على النبي صلى الله عليه و سلم

“Semua doa terhalangi hingga diiringi dengan sholawat Nabi shollallohu’alaihi wasallam.”

Berkata Asy-Syaikh Al Albani tentang hadits di atas : “Hadits dengan seluruh jalan dan syawahid tidak kurang dari derajat Hasan insyaallahu ta’ala.” (Lihat *Silsilah Al Ahadits Ash Shohihah* 5/54-58 hadits no.2035).

📝 Mahad Al Faruq As Salafy Kalibagor, 22 Rajab 1439 H


Mengambil Pelajaran Di Tengah Puing-Puing Qubrus


Abu Nu’aim Al Ashbahani meriwayatkan sebuah riwayat Mauquf
dari Jubair bin Nufair, beliau berkata:

لَمَّا فُتِحَتْ قُبْرُصُ فُرِّقَ بَيْنَ أَهْلِهَا فَبَكَى بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ ، وَرَأَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ جَالِسًا وَحْدَهُ يَبْكِي ، فَقُلْتُ : يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ ، مَا يُبْكِيكَ فِي يَوْمٍ أَعَزَّ اللَّهُ فِيهِ الإِسْلامَ وَأَهْلَهُ ؟ قَالَ : ” وَيْحَكَ يَا جُبَيْرُ ، مَا أَهْوَنَ الْخَلْقِ عَلَى اللَّهِ إِذَا هُمْ تَرَكُوا أَمْرَهُ ، بَيْنَا هِيَ أُمَّةٌ قَاهِرَةٌ ظَاهِرَةٌ لَهُمُ الْمُلْكُ تَرَكُوا أَمْرَ اللَّهِ فَصَارُوا إِلَى مَا تَرَى

Ketika Qubrus dikuasai kaum muslimin, (menjadi negeri islam-pent), penduduk negeri itu tercerai berai mereka menangisi satu dan lainnya.

Kata Jubair: Saat itu aku melihat Shahabat Abu Darda’ duduk menyendiri seraya menangis. “Wahai Abu Darda, apa yang membuatmu menangis di hari Alloh Ta’ala muliakan islam dan kaum mislimin ?”

Abu Darda’ pun berkata:

“Wahai Jubair. Saksikanlah, Betapa hinanya makhluk di hadapan Alloh ketika mereka meninggalkan perintah-perintah-Nya ( seperti, kaum kafir yang kita kalahkan – pent),

Baca selanjutnya…


Mengumpulkan Al-Quran Dalam Mushaf Dan Hukum Nasrani Memegang Mushaf


 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَنْهَى أَنْ يُسَافَرَ بِالْقُرْآنِ إِلَى أَرْضِ الْعَدُوِّ مَخَافَةَ أَنْ يَنَالَهُ الْعَدُوُّ

Dari Shahabat Abdullah bin Umar bin Al Khoththob Radhiyallohu’anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau melarang membawa Mushaf Al Qur’an ke negeri musuh, beliau khawatir apabila musuh menguasai mushaf (dan merusak/ menghinakannya).” (HR. Muslim)

Ditulisnya Al Qur’an dalam lembaran-lembaran, kulit-kulit dan tulang, adalah perkara yang diperintahkan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam di masa beliau.

Baca selanjutnya…