Kategori: Ibroh
HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN BULAN SYA’BAN
✋🏻🌙🌖🌷 HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN BULAN SYA’BAN (01)
»».. Memperbanyak Puasa Dibulan Sya’ban ..««
✍🏻 Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah
📬 Pertanyaan:
هل يتميّز شعبان بصيام دون غيره من الشهور ؟
Apakah Sya’ban diistimewakan dengan puasa diatas bulan-bulan lainnya?
🔓 Jawaban:
نعم، فلقد كان النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم : يُكثر من الصيام فيه حتى كان يصومه إلا قليلاً
Ya, dan dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam “memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban, sampai beliau berpuasa kecuali sedikit (yang beliau berbuka).”
وعلى هذا من السنّة أن يُكثر الإنسان الصيام في شهر شعبان اقتداءً برسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم.
Atas dasar ini, termasuk sunnah hendaknya seorang insan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, dalam rangka meniru Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
📚 Sumber || http://bit.ly/2IZGcYy
🌏 Kunjungi || http://bit.ly/2J1JgTQ
⚪ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://telegram.me/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎
Kisah-kisah Teladan Menakjubkan Tentang Semangat Menuntut Ilmu
Berikut ini adalah sepenggal kisah-kisah menakjubkan tentang kesungguhan para Ulama dalam menuntut ilmu. Semoga bisa menjadi pelajaran dan teladan bagi kita untuk bersemangat menjalankan aktifitas ilmiyyah : menempuh perjalanan menghadiri majelis ilmu, mencatat, murojaah (mengingat kembali pelajaran yang sudah didapat), membaca buku-buku para Ulama’, merangkum, meringkas, menyadur dan menyalin tulisan para ulama, mencatat faidah-faidah ilmu yang kita lihat dan dengar, mendengarkan rekaman ceramah-ceramah ilmiyyah melalui file-file audio, dan semisalnya.
Sesungguhnya menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan menurut al-Imam asy-Syafi’i:
طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
Menuntut ilmu lebih utama dibandingkan sholat Sunnah (Musnad asySyafi’i (1/249), Tafsir alBaghowy (4/113), Faidhul Qodiir (4/355))
Kisah-kisah nyata berikut ini sebagian besar disarikan dari kitab alMusyawwaq ilal Qiro-ah wa tholabil ‘ilm karya Ali bin Muhammad al-‘Imran.
KESABARAN DAN KESUNGGUHAN MENUNTUT ILMU
Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata : Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku
BELAJAR SETIAP HARI
Al-Imam anNawawy setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda (Fiqh, Hadits, Tafsir, dsb..)
MEMBACA KITAB SEBAGAI PENGUSIR KANTUK
Ibnul Jahm membaca kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. Sehingga beliau bisa segar kembali.
BERUSAHA MENDAPATKAN FAIDAH ILMU MESKI DI KAMAR MANDI
Majduddin Ibn Taimiyyah (Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi.
40 TAHUN TIDAKLAH TIDUR KECUALI KITAB BERADA DI ATAS DADANYA
Al-Hasan alLu’lu-i selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.
TIDAKLAH BERJALAN KECUALI BERSAMANYA ADA KITAB
Al-Hafidz alKhothib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca, demikian juga Abu Nu’aim alAsbahaany (penulis kitab Hilyatul Awliyaa’)
MENJUAL RUMAH UNTUK MEMBELI KITAB
Al-Hafidz Abul ‘Alaa a-Hamadzaaniy menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab Ibnul Jawaaliiqy
KEMAMPUAN MEMBACA YANG LUAR BIASA
Ibnul Jauzy sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab
Al-Khothib al-Baghdady membaca Shahih al-Bukhari dalam 3 majelis ( 3 malam), setiap malam mulai ba’da Maghrib hingga Subuh (jeda sholat)
Catatan : Shahih alBukhari terdiri dari 7008 hadits, sehingga rata-rata dalam satu kali majelis (satu malam) dibaca 2336 hadits.
Abdullah bin Sa’id bin Lubbaj al-Umawy dibacakan kepada beliau Shahih Muslim selama seminggu dalam sehari 2 kali pertemuan (pagi dan sore) di masjid Qurtubah Andalus setelah beliau pulang dari Makkah.
Catatan : Shahih Muslim terdiri dari 5362 hadits
Al-Hafidz Zainuddin al-Iraqy membaca Musnad Ahmad dalam 30 majelis (pertemuan)
Catatan : Musnad Ahmad terdiri dari 26.363 hadits, sehingga rata-rata dalam sekali majelis membacakan lebih dari 878 hadits.
Al-‘Izz bin Abdissalaam membaca kitab Nihaayatul Mathlab 40 jilid dalam tiga hari (Rabu, Kamis, dan Jumat) di masjid.
Al-Mu’taman as-Saaji membaca kitab al-Fashil 465 halaman (kitab pertama tentang Mustholah hadits) dalam 1 majelis.
Salah seorang penuntut ilmu membacakan di hadapan Syaikh Bin Baz Sunan anNasaa’i selama 27 majelis
Catatan : jika yang dimaksud adalah Sunan anNasaai as-Sughra terdiri dari 5662 hadits, sehingga rata-rata lebih dari 209 hadits dalam satu majelis.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rata-rata menghabiskan waktu selama 12 jam sehari untuk membaca buku-buku hadits di perpustakaan.
MENGULANG-ULANG MEMBACA SUATU KITAB HINGGA BERKALI-KALI
Al-Muzani berkata: Aku telah membaca kitab arRisalah (karya asy-Syafi’i) sejak 50 tahun lalu dan setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya.
Gholib bin Abdirrahman bin Gholib al-Muhaariby telah membaca Shahih alBukhari sebanyak 700 kali.
KESUNGGUHAN MENULIS
Ismail bin Zaid dalam semalam menulis 90 kertas dengan tulisan yang rapi.
Ahmad bin Abdid Da-im al-Maqdisiy telah menulis/ menyalin lebih dari 2000 jilid kitab-kitab. Jika senggang, dalam sehari bisa menyelesaikan salinan 9 buku. Jika sibuk dalam sehari menyalin 2 buku.
Ibnu Thahir berkata: saya menyalin Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abi Dawud 7 kali dengan upah, dan Sunan Ibn Majah 10 kali
Ibnul Jauzy dalam setahun rata-rata menyalin 50-60 jilid buku
Muhammad bin Mukarrom yang lebih dikenal dengan Ibnu Mandzhur –penulis Lisaanul Arab- ketika meninggal mewariskan 500 jilid buku tulisan tangan
Abu Abdillah alHusain bin Ahmad alBaihaqy adalah seseorang yang cacat sehingga tidak memiliki jari tangan, namun ia berusaha untuk menulis dengan meletakkan kertas di tanah dan menahannya dengan kakinya, kemudian menulis dengan bantuan 2 telapak tangannya. Ia bisa menghasilkan tulisan yang jelas dan bisa dibaca. Kadangkala dalam sehari ia bisa menyelesaikan tulisan sebanyak 50-an kertas.
SANGAT BERSEMANGAT DALAM MENCATAT FAIDAH
Al-Imam anNawawy berkata: Janganlah sekali-kali seseorang meremehkan suatu faidah (ilmu) yang ia lihat atau dengar. Segeralah ia tulis dan sering-sering mengulang kembali.
Al-Imam al-Bukhary dalam semalam seringkali terbangun, menyalakan lampu, menulis apa yang teringat dalam benaknya, kemudian beranjak akan tidur, terbangun lagi , dan seterusnya hingga 18 kali.
Abul Qosim bin Ward atTamiimy jika diberikan kepada beliau suatu kitab beliau akan membaca dari atas hingga bawah, jika menemukan faidah baru beliau tulis dalam kertas tersendiri hingga terkumpul suatu pokok bahasan khusus.
BERSAMA ILMU HINGGA MENJELANG AJAL
Abu Zur’ah arRaaziy ketika menjelang ajal dijenguk oleh sahabat-sahabatnya ahlul hadits mereka mengisyaratkan hadits tentang talqin Laa Ilaaha Illallaah. Hingga Abu Zur’ah berkata:
روى عبدالحميد بن جعفر، عن صالح بن أبي عريب، عن كثير بن مرَّة، عن معاذ عن النبي – صلى الله عليه وسلم -: ((من كان آخر كلامه: لا إله إلا الله دخلَ الجنة))
Abdul Humaid bin Ja’far meriwayatkan dari Sholih bin Abi Uraib dari Katsir bin Murroh dari Muadz dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam: Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa Ilaaha Illallaah maka ia masuk surga.
Kemudian Abu Zur’ah meninggal dunia
Ibn Abi Hatim berkata: Aku masuk ke ruangan ayahku (Abu Hatim arRaziy) ketika beliau menjelang ajal dalam keadaan aku tidak mengetahuinya aku bertanya kepadanya tentang Uqbah bin Abdil Ghofir apakah ia adalah Sahabat Nabi? Ayahku menggeleng. Aku bertanya: Apakah ia Sahabat Nabi? Ayahku berkata: Bukan. Ia adalah tabi’in. Tidak berapa lama kemudian Abu Hatim meninggal dunia
<< disampaikan pada kajian Rabu Malam Kamis 27 Jumadil Awwal 1433 H/ 18 April 2012 di Masjid Perum PJB Paiton Probolinggo oleh Abu Utsman Kharisman >>
Bakti Santri untuk Negeri
MENGHAFAL ayat-ayat Alquran. Merenungi makna hadis. Memahami kitab nahwu. Para penuntut ilmu tak pernah jemu. Mereka bertarung dengan waktu. Di balik dinding asrama. Di antara gema azan. Terus menghunus semangat. Hingga saat tertentu. Tiba waktu turun gunung.
Begitu sekelumit kehidupan santri. Di pondok-pondok pesantren ahlussunnah. Belajar ilmu agama. Merupakan bagian dari jihad. Dengan secarik kertas dan sepercik tinta. Menumbuhkan pribadi yang tabah. Individu tangguh. Siap berdakwah di mana pun. Demi syiar agama. Demi menunaikan doa ayah-bunda.
Tanggung jawab seorang santri tidak ringan. Usai nyantri. Bersiap jadi da’i. Menyampaikan ilmu yang diraih. Menunjukkan akhlak mulia. Mengamalkan bimbingan nabi. Di setiap inci kehidupan. Santri yang beranjak dewasa. Juga menjadi bagian masyarakat. Mesti membina hubungan sosial yang baik. Dengan lingkungan sekitar. Sesuai aturan Alquran.
Pelibatan santri dalam aksi kemanusiaan. Merupakan sarana efektif. Guna membangun jiwa solidaritas. Sekaligus mendidik proses pendewasaan. Duka Lombok masih terasa. Menyusul Palu. Donggala. Disapa nestapa. Harapan mesti tetap menyala. Tak boleh sirna. Tiap sudut kota melesatkan doa. Mengiringi aksi para pemuda. Di kawasan terdampak bencana.
Pengurus pondok pesantren ahlussunah. Sunni-salafi senusantara. Berupaya responsif. Bertindak cepat dan tepat. Bersinergi. Menjalin koordinasi. Membangun empati. Pada ujian menimpa negeri. Santri dewasa dikirim ke garis depan. Menyalurkan bantuan. Moril. Sprirituil. Materiil.
Tim relawan santri. Gelombang pertama. Berangkat, Senin (1/10). Menempuh jalur darat. Menyeberangi selat Bali dan Lombok. Mereka antusias ingin berbuat. Dilandasi niat tulus dan keimanan. Coba meringankan beban penduduk bumi Rinjani.
Dari channel Telegram: pedulibencana. Saya gabung kemarin pagi. Tercatat ada santri asal Majalengka: Nizar. Rekan setimnya dari Kediri, Klaten, Blitar, Jember, Solo, Pekalongan dan Jogja. Mereka berangkat dari Ponpes As Salafy, Jember. Pondok seperjuangan Ponpes Dhiya’us Sunnah, Cirebon. Sementara payung koordinasi skala nasional. Di bawah Yayasan Darul Hadits Lombok dan Yayasan Miratsul Anbiya Palu. Bersama Komunitas Ahlussunnah wal Jamaah se-Indonesia.
Pengasuh Ponpes As Salafy, Ustad Luqman Ba’abduh. Cukup dikenal warga Kota Udang. Beberapa kali beliau mengadakan daurah (tablig akbar). Terakhir, 29 April lalu di Masjid Kompleks Pertamina, Klayan. Persis sepekan setelah pengasuh Ponpes Dhiya’us Sunnah, Ustad Muhammad As Sewed, daurah di tempat yang sama.
Setelah pembekalan khusus. Plus suntikan motivasi serta taushiyah. Relawan santri mengibarkan bendera start. Membawa perlengkapan tempur: Berdus-dus logistik. Ada logistik urusan perut. Logistik medis. Logistik ruhani; buku-buku bacaan Islami. Tidak lupa majalah bertagline Ilmiah dan di Atas Sunnah: Asy Syariah. Juga logistik pendukung buang hajat: kloset. Logistik pertukangan. Logistik herbal penjaga stamina: madu dan habatussauda (jintan hitam).
Logistik psikis tidak diabaikan. Ini penting. Bagi anak-anak korban bencana. Maka pensil warna dibawa. Lembar mewarnai disiapkan. Media gunting tempel diberikan. Guna menghilangkan trauma pascabencana. Dan penat selama di tenda pengungsian. Anak-anak perlu diberi hiburan yang mendidik. Dihilangkan kesedihan. Dibangkitkan harapannya. Menyongsong hari esok lebih baik. Biidznillah…
Selain mahir membaca Alquran. Paham ilmu akidah dan sunnah. Tahu mana halal. Mana Haram. Para santri juga dibekali kemampuan mengajar. Mendekatkan diri pada masyarakat. Sehingga goal-nya masyarakat tetap eling. Waras. Sehat jasmani-ruhani. Di tengah kepungan bencana. Di antara gempa bersusulan. Mereka merasa tidak dilupakan. Saudara sebangsa. Bahkan lintas benua. Memberi perhatian. Membebat luka. Mengubur duka. Meniupkan angin kesabaran. Meyakinkan pertolongan Allah itu dekat.
Rencana selama satu bulan. Relawan santri terjun ke medan laga. Berjibaku membantu masyarakat. Membangun posko koordinasi. Juga membenahi kamp pengungsian. Mereka mengantongi kemampuan SAR. Search And Rescue. Medis dasar serta P3K. Jangan meremehkan ini.
Karena di kawasan terdampak bencana. Sebelum kita menolong orang. Atau mengevakuasi korban. Secara individu harus survive (bertahan) dulu. Wajib tahu teknik dasar SAR. Jangan sampai tim penolong, malah ditolong. Kebalik hehe…
Petugas pelatihan adalah Pak Sahirudin. Staf pengajar K3 Darurat. Di salah satu anak perusahaan PLTU Paiton, Probolinggo. PLTU yang pernah diliput oleh sahabat saya. Sesama wartawan dulu. Sekarang redaktur halaman tulisan ini (senyum).
Donasi Empat Bahasa
Selain channel Telegram. Perkembangan situasi di lapangan. Juga bisa diakses di website: pedulibencana.com. Imbauan menghimpun bantuan. Skala nasional dan internasional juga disampaikan. Asatidzah memutuskan. Siaran penggalangan donasi lewat empat bahasa: Indonesia, Arab, Inggris dan Belanda. Sehingga gaung peduli korban bencana Lombok dan Sulteng lebih luas lagi.
Bahasa negeri Makkah-Madinah: Da’mul Mushabiin fi Loombok wa Suulawesi al Wustha. Bahasa wong Manchester: Donations For The Victims In Lombok And Sulawesi. Dan, Giften Voor De Slachtoffers In Lombok En Sulawesi, pesan wong Londo. Bantuan segera berdatangan. Dari negeri kanguru. Negeri singa. Negeri si mbah Elizabeth. Negeri bunga tulip. Sampai negeri abang Trump. Semua ambil bagian. Memeluk negeri Teuku Umar. “Mereka murni membantu. Tidak ada unsur politik. Atau muatan apa pun,” kata panitia, Humas Program Peduli Lombok dan Sulteng.
Solidaritas Pelukis Salafi
Dari hobi menjadi donasi. Pegiat kuas dan kanvas beraksi. Bazar lukisan digelar. Karya ditawarkan. Secara online. Hasilnya masuk ke bendahara Program Peduli Bencana. Salah satu pelukis, Abu Yahya Deni mengungkapkan, lelang lukisan bakal berlanjut. Tidak ditentukan sampai kapan. “Sudah tiga terjual. Kita nikmati berkarya, sambil membantu sesama,” katanya.
Akh Deni melanjutkan, lukisan yang ditawarkan merupakan stok. Karya terbaru juga disiapkan. Diameter lukisan mulai 20×25 cm sampai satu meter lebih. Ada yang memakai cat minyak. Ada yang aklirik. Tidak ada gambar makhluk hidup. Ada gambar undakan sawah khas Ubud. Gulungan ombak. Sandal jepit di atas tegel: Bisaan mirip banget! “Setelah mengaji (salafi), saya ajak teman pelukis tetap menggambar. Tapi yang syar’i (bukan makhluk hidup, pen),” tutur pelukis yang sempat mukim di Bali itu.
Belum bisa langsung ke lokasi. Santri dan santriwati Ponpes Al Ittiba, Sumpiuh, Cilacap, juga mengirimkan bantuan. Upaya mereka patut diapresiasi. Berusaha mendidik diri. Berderma sejak muda. Mengumpulkan infak. Mempererat rasa kemanusiaan. Tanpa memandang etnis. Maupun suku. Ini bakal melegakan saudara-saudara mereka. Membuka ruang yang mengimpit dada. Mengangkat kesusahan dan kesulitan.
Kita memuji Allah. Atas segala pertolongan-Nya. Dan senantiasa mengingat sabda Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam: “Seorang mukmin dengan mukmin lain seperti satu bangunan kuat. Saling menguatkan sesama mereka.” (HR. Bukhari). Kita tengadahkan tangan ke langit. Tak lupa ulurkan tangan di bumi.
Peran aktif santri di tengah bencana. Adalah poin penting. Menyelaraskan hubungan vertikal dan horizontal. Berusaha melembutkan hati manusia. Seperti yang diajarkan Rasulullah. Sehingga akan mendatangkan hikmah. Tersebarnya dakwah tauhid dan sunnah. Di tengah berbagai kemaksiatan. Kegelapan syirik dan bid’ah. Salam hangat dari kami, Komunitas Ahlussunnah wal Jamaah Sunni Salafi Indonesia. (*)
*) Ditulis M Rona Anggie, santri tamu Pondok Pesantren Dhiya’us Sunnah, Kota Cirebon.
Sebagaimana yang telah diterbitkan di Radar Cirebon Edisi Kamis 04 Oktober 2018 dan di http://www.radarcirebon.com/bakti-santri-untuk-negeri.html
Baca Selengkapnya di Sini… http://www.salafycirebon.com/bakti-santri-untuk-negeri.htm